RASA MALU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak akan dapat terlepas dari pergaulan. Hubungan dengan sesama manusia turut
menentukan kesuksessan seseorang dalam meniti karir. Oleh karena itu, hubungan
dengan sesama manusia sangat penting sebab sifat dasar manusia adalah makhluk
sosial, yaitu memerlukan pertolongan orang lain. Namun demikian, tidak semua
orang mampu bergaul dengan baik. Cara bergaul setiap pribadi itu berbeda-beda.
Ada yang supel, ada yang biasa-biasa saja dan ada yang merasa malu bergaul.
Pada umumnya rasa malu akan menghambat pergaulan seseorang. Orang yang pemalu
merasa bahwa dirinya lebih buruk dari orang lain. Memang dalam batas tertentu
rasa malu diperlukan dalam pergaulan sehari-hari, seperti orang-orang yang suka
mencari muka dihadapan pimpinan, orang tidak tahu terima kasih, orang yang
melanggar larangannya sendiri, dan lain-lain. Orang yang tidak tahu malu
seperti itu sering disebut manusia muka tembok.
Sebenarnya, formula dari rasa malu terdiri dari
'terlalu berpusat pada diri sendiri' dicampur dengan rasa gugup. Dan ada paduan
yang lebih tak menyenangkan, saat rasa malu itu mempengaruhi fisik Anda dengan
cara 'membajak' ketenangan logis. Rasa malu adalah sebuah kombinasi dari
kegugupan sosial dan pengkondisian sosial.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian
latarbelakang diatas, maka penulis menyusun permasalahan sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian
rasa malu itu?
2.
Apa sajakan yang
menjadi penyebab timbulnya rasa malu dan dampak apa yang akan ditimbulkan oleh
rasa malu tersebut?
3.
Bagaimanakah
cara mengatasi rasa malu tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari rasa malu.
2.
Untuk mengetahui
penyebab timbulnya rasa malu dan mengetahui dampak dari rasa malu.
3.
Untuk mengetahui
cara-cara mengatasi rasa malu tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Rasa Malu
Rasa
malu adalah perasaan canggung seseorang bila berada didepan umum. Akan tetapi, Rasa
malu dapat dipandang dari berbagai perspektif. Seperti, dari perspektif
psikologi, sosiologis, filosofis, atau teologis. Oleh karena itu pengertian
rasa malu dibentuk oleh perspektif atau bidang (disipilin ilmu) yang digunakan.
Beberapa
definisi rasa malu dalam “Shorter Oxford Dictionary”: Cepat menjadi
takut; sulit melakukan pendekatan akibat perasaan takut, sikap hati-hati atau
rasa tidak percaya; takut untuk mengikatkan diri pada rangkaian tindakan
tertentu; berhati-hati, enggan , segan; menolak mengakui suatu prinsip atau
mempertimbangkan suatu persoalan; suka menyendiri; hati-hati dalam bicara; jauh
dari perasaan menonjolkan diri; secara sensitive penakut.
Pemalu,
penakut, dan pendiam hampir memiliki sifat yang sama. Namun, sebenarnya ada
perbedaan mendasar antara pemalu, penakut, dan pendiam. Seseorang dikatakan
pemalu apabila dia merasa canggung didepan umum, bahkan bertemu dengan seseorang
saja mereka malu. Hal seperti ini sangat merugikan diri sendiri karena
pergaulannya akan terhambat dan akibat berikutnya adalah terhambatnya
perkembangan kepribadian orang yang bersangkutan. Seseorang dikatakan penakut
apabila dia tidak berani mempertanggung jawabkan perbuatannya karena takut
salah. Biasanya seoarng penakut mengidap rasa kurang percaya diri, dia takut
tidak mampu melakukan sesuatu, yang terbayang hanya kegagalan. Penakut jelas
merugikan diri sendiri karena ketakutan berbuat sesuatu maka dalam hidupnya
tiadak aka nada kemajuan. Sementara itu, seorang pendiam, yaitu orang tidak
banyak omong tetapi dia tidak pemalu, tidak canggung didepan umum, mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi terkadang justru mempunyai kemampuan berbicara
didepan umum yang hebat. Kerugian seorang pendiam adalah tidak ada yang berani
menegur apalagi mendekat untuk mengenal lebih jauh.
B.
Penyebab
Timbulnya Rasa Malu
Rasa
malu pada umumnya timbul karena konsep diri yang negative. Mereka selalu merasa
tidak sebanding bila dibandingkan dengan orang lain. Akibatnya adalah kurang
yakin akan kemampuan diri sendiri, terlalu perasa, kurang mendapat kepercayaan
atau penghargaan, dan takut salah. Awal mula dari sifat malu ini kebanyakan
masalah psikologis lainnya, sifat malu dimulai di awal masa kanak-kanak ketika
kita belum berpengalaman membantu diri sendiri.pada saat kita memahami
alasan-alasan mengapa kita mempunyai sifat malu, maka kita berada dalam posisi
yang jauh lebih baik untuk dapat mengatasinya. Rasa malu selain disebabkan
dirir sendiri juga disebabkan oleh perlakuan orang lain. Paul J. Centi mendaftar
penyebab timbulnya rasa malu antara lain:
1.
Orang Tua
Para
orang tua sering kali patut dipersalahkan. Kurangnya kasih sayang dan
perhatian, kurangnya pengertian, terlalu banyak mengeritik, kelalaian dan
kadang kekerasan. Semuanya dapat memainkan peran dalam mengurangi rasa percaya
diri anak dan mengarah pada sifat pemalu yang mendalam yang berlanjut dalam
kehidupan dewasanya bahkan ketika orang tua yang bersalah itu tidak ada
didekatnya lagi. Dan karena kebahagiaan seorang anak bergantung pada suasana
hati orang dewasa disekitarnya. Orang tua yang selalu mencela anaknya akan
mengakibatkan sang anak menganggap dirirnya memang seperti itu sehingga saat
sudah dewasa kesan itu masih dirasakan terus, dan tanpa disadari hal tersebut
menyebabkan rasa malu.
2.
Saudara Kandung
Kondisi
diatas diperburuk lagi dengan perlakuan membanding-bandingkan si anak dengan
saudara kandungnya. Perilaku membandingkan ini akan menyebabkan anak tersebut
sakit hatinya. Apalagi ternyata anak tersebut mempunyai kelemahan pada aspek
yang dibandingkan. Pada akhirnya, anak tersebut akan mengalami rendah diri dan
bila hal ini terus berlarut-larut akan menyebabkan watak pemalu saat dewasa nantinya.
Demikian juga orang dewasa akan merasa rendah diri bila disbanding-bandingkan
dengan orang lain. Untuk itu, hindari kebiasaan membandingkan seseorang dengan
orang lain.
3.
Orang Lain
Seiring
dengan masuknya seseorang di tengah-tengah masyarakat maka semakin kompleks
orang-orang yang dihadapi. Orang-orang tersebut juga mempunyai bermacam-macam
pandangan, latar belakang, dan watak. Hal ini mempengaruhi juga penilaian pada
diri sendiri. Orang yang bersifat pemalu akan menjumpai masalah pergaulan
dengan adanya keragaman tersebut. Pada akhirnya orang tersebut pemalu menjadi
tersisih dalam pergaulan bahkan tidak berani bergaul dengan oranng-orang di
sekitar. Hal ini akan membuat orang tersebut menjadi pemalu karena tidak
terbiasa barhadapan dengan seseorang.
4.
Kebudayaan
Kebudayaan
masyarakat sekitar jelas turut mempengaruhi terbentuknya watak seseorang.
Seiring dengan masuknya seseorang di tengah-tengah masyarakat maka saat itulah
orang tersebut dipengaruhi oleh budaya masyarakat di sekitarnya.
Ketidaksanggupan memenuhi tuntutan akan suatu nialai tertentu akan membuat
orang yang bersangkutan menjadi malu. Masyarakat yang mengucilakan janda-janda
dan mencapnya dengan segala tudingan mirin akan membuat orang tersebut menjadi
merasa malu. Sekelompok orang yang mempermasalahkan status perkawinan juga
membuat orang yang mengalami menjadi malu. Dengan budaya seperti itu orang
tersisih karena perlakuan budaya akan mengalami masalah dalam pergaulannya.
Akhirnya orang tersebut tersisih dalam pergaulan sehari-hari bahkan tidak
berani bergaul dengan orang-orang di sekitar.
C.
Dampak
Rasa Malu
Dampak
rasa malu antara lain berupa tidak dapat mencapai kepenuhan dalam pergaulan,
mendekati orang lain terlalu berhati-hati, terlalu sadar diri, berbuat dengan
sengaja agar diterima dan disukai, selalu memandang unsur-unsur negative yang
dikira ada pada dirinya.
Ø Tidak
dapat mencapai kepenuhan dalam pergaulan maksudnya adalah orang pemalu selalu
merasa takut kalau-kalau dirinya ditolak dalam pergaulan
Ø Mendekati
orang lain terlalu berhati-hati. Dampak ini mengakibatkan orang bersifat
menunggu, karena beranggapan bahwa orang lain tak merespons dirinya, orang
pemalu mendekati orang lain dengan sikap ragu-ragu.
Ø Terlalu
sadar diri adalah perasaan cemas seseorang tentang bagaimana dirinya dilihat
orang lain. Orang pemalu jenis ini selalu merasa cemas berpikir bagaimana nanti
penampilannya, kata-katanya, gerak-geriknya dilihat dan dinilai orang.
Ø Dampak
berbuat dengan sengaja agar diterima dan disukai merupakan tindakan-tindakan
seorang pemalu agar diterima dalam pergaulannya. Mereka biasanya kaku dalam
berpenampilan dan terlalu sopan sehingga membuat pergaulan menjadi dingin dan
kikuk.
Ø Dampak
selalu memandang unsur-unsur negative yang dikira ada pada dirinya adalah cara
pandang seseorang yang menganggap dirinya selalu tidak layak, lebih jelak
daripada orang lain. Orang seperti ini mempunyai konsep diri yang negative.
Bila berlarut-larut akan mengalami tekanan mental dan tidak berani bergaul
dengan seorang pun.
D.
Mengatasi
Rasa Malu
Telah diketahui bahwa rasa malu menyebabkan perkembangan pribadi
seseorang menjadi terhambat dan pengaruh rasa malu juga tidak menyenangkan. Orang-orang
dengan sifat pemalu secara naluri menyimpan kesadaran kalau diri mereka
terlewatkan dari orang lain. Sifat pemalu biasanya membuat seseorang kehilangan
kesempatan, kurang mendapat kesenangan dan terkucil dari hubungan sosial. Sifat
pemalu dapat membawa banyak kerugian. Tapi bagi Anda yang memiliki sifat ini,
tak perlu berkecil hati, karena pada dasarnya ada banyak cara untuk mengusir
jauh-jauh sifat yang merugikan ini.
Untuk
mengatasi rasa malu ini, yang Anda butuhkan adalah belajar bersikap rileks
dalam pergaulan sosial. Dibutuhkan usaha untuk mengarahkan diri Anda jauh dari
terlalu berpusat pada diri sendiri, serta memberi diri Anda ruang untuk
mempraktekan kemampuan bercakap-cakap. Dalam kebanyakan kasus, emosi yang
memuncak dalam bersosialisasi membuat orang menanggapi berbagai kejadian dengan
rasa takut. Untuk memulai mengurangi rasa malu, bagi Anda yang pemalu, ada
beberapa hal di bawah ini yang dapat mengatasi rasa malu:
1.
Hilangkan
Perasaan rendah diri
Apabila
keraguan yang serius dan terus menerus tentang diri sendiri, bila rasa
ketidakmampuan tidak kunjung henti merembes keseluruh hidup, kita menyebut
keadaan tersebut sebagai penyakit “rendah diri”. Orang yang menderita penyakit
ini akan selalu merasa kurang dibandingkan dengan orang lain. Rendah diri
berasal dari konsep diri yang negative. Dengan demikian, perasaan rendah diri
menyebabkan orang menjadi malu. Oleh karena itu, mengatasi malu harus mengikis
habis perasaan rendah diri.
2.
Mengerjakan
sesuatu dengan sungguh-sungguh
Mengerjakan
sesuatu dengan sungguh-sungguh, berarti melaksanakan tugas dengan penuh tanggung
jawab. Setiap kepercayaan yang diberikan meskipun kecil harus dikerjakan dengan
sungguh-sungguh. Dengan demikian, bertindak seperti itu berarti telah bertindak
professional. Orang yang professional akan mengalami tanggung jawab yang
semakin besar. Orang yang professional tidak merasa malu terhadap pekerjaannya,
sebab pekerjaan orang professional adalah pekerjaan yang membanggakan.
3.
Mengenal Diri
Sendiri
Jika
engkau sendiri tidak mengenal dirimu, bagaimana mungkin orang lain dapat
memahami engkau? Jadilah dirimu sendiri!. Pendapat tersebut menekankan
pentingnya mengenal diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Memang
untuk dapat bergaul akan lebih tepat bila menjadi diri sendiri. Mengenal diri
sendiri dapat dilakukan dengan menyingkap tabir latar belakang diri, menagdakan
analisis diri secara objektif dan jujur baik melalui versi diri sendiri maupun
orang lain dan yang utama, yakni menyingkirkan kebiasaan memandang negative
pada diri sendiri. Sementara itu, salah satu manfaat mengenal diri, yaitu
merupakan salah satu sumber kebahagiaan, menumbuhkan rasa percaya diri serta
tahu menempatkan diri dalam setiap situasi. Dengan demikian, mengenal diri
sendiri merupakan salah satu kunci untuk menghilangkan rasa malu.
4.
Menerima Diri
sendiri apa adanya
Penerimaan
diri sendiri apa adanya sebenarnya justru membantu mendudukkan diri pada
proporsi yang benar. Menerima diri apa adanya adalah menerima diri secara total
baik kelebihan maupun kelemahan yang dimiliki. Setiap menusia memiliki
kelemahan dan kelebihan masing-masing. Manusia tidak ada yang sempurnadalam
segala hal. Kelemahan yanga ada pada diri sendiri tidak harus disesali karena
setiap manusia memiliki kelemahan, hanya Tuhan saja yang sempurna sehingga
perlu diupayakan untuk menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri memuat
kepuasan yang penuh suka cita menjadi saya apa adanya. Orang yang mau menerima
diri apa adanya termasuk orang yang berbahagia. Orang yang demikian merupakan
orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya, dimana hal tersebut mencerminkan
konsep diri yang positif. Jadi orang yang mau menerima diri apa adanya adalah
orang yang sanggup menerima kelebihan dan kelemahan dirinya dengan lapang dada
serta mengakui akan kebessaran kuasa Tuhan terhadap Umat ciptaan-Nya. Dengan
menerima diri apa adanya terciptalah ketenangan dan kendali diri. Hal ini
justru akan memupuk keyakinan pada diri sendiri. Orang yang mempunyai keyakinan
terhadap diri sendiri tidak akan merasa malu.
E.
Sukses
dalam Pergaulan
Merupakan
suatu kebahagiaan tersendiri apabila dalam pergaulan seseorang mampu membawa
diri sehingga kehadirannya dapat diterima dimana saja dengan penuh suka cita.
Inilah yang disebut dengan pergaulan yang sukses. Syarat sukses dalam pergaulan
antara lain dipengaruhi oleh kemampuan berempati, mamiliki sikap menghargai,
mempunyai rasa humor, dan tidak suka mencari kambing hitam.
1.
Kemauan
Berempati
Sangat
menyenangkan berbicara dengan orang yang mau mengerti, mau memahami dan mau
memperhatikan kita. Memiliki rasa empati memang diperlakukan dalam pergaulan
agar lawan bicara merasa dihargai. Kemauan menghargai ini akan menciptakan
komunikasi yang lancar. Adapun caracara menumbuhkan kemampian berempati, yaitu
ikut merasakan seakan-akan kita sendiri yang mengalami masalah tersebut,
menghargai lawan bicara, membiarkan lawan bicara menjadi apa adanya dirinya,
dan lain-lain. Orang yang tidak memiliki kemauan berempati tidak disukai orang
lain, Ia hidup bagi dirinya sendiri dan orang lainpun akan memusuhinya. Bial
seseorang hanya memikirkan dirinya sendiri dan membatasi diri dengan orang lain
karena menganggap orang lain tidak berarti, cepat atau lambat orang akan
membenci dan menjauhinya.
2.
Jangan Mencari
Kambing Hitam.
Disaat
pergaulan menemui kemacetan, hendaknya koreksi diri sendiri dan mencari tahu
komponen komunikasi mana yang tidak berfungsi. Jangan sekali-kali menyalahkan orang
lain dengan tujuan membela diri. Hal ini akan menumbuhkan kebencian orang yang
dijadikan kambing hitam tadi. Tentu saja orang yang senang mencari kambing
hitam akan disebut sebagai penjilat.
3.
Menghargai
pendapat orang lain
Zaman
sekarang mensyaratkan pikiran manusia yang selalu berkembang dari waktu ke
waktu. Abad ini terjadi rasionalisasi dalam segala bidang. Akibatnya adalah
eksistensi seseorang salah satunya dapat dilihat dari pola berpikir serta
ide-idenya. Sekarang ini seseorang yang dihargai pendapatnya berarti dihargai
pula eksistensinya. Hal inilah yang membahagiakan orang yang dihargai.
Sebenarnya apabila orang sadar keterbatasannya maka orang tersebut akan
menghargai setiap pendapat orang lain. Dalam berpikir tersebut tersirat membuka
kemauan menimbang dan selanjutnya dapat menghargai pendapat orang lain.
4.
Tunjukkan selera
humor.
Humor
memberikan kekuatan tersendiri pada sebuah pembicaraan. Dengan adanya selera
humor maka suatu pergaulan tidak menjadi kaku. Ide-ide mengalir dengan spontan
dan segar. Namun demikian, penggunaan humor tersebut harus tepat situasi dan
tahu batas, jangan sampai humor yang dilontarkan justru menyinggung perasan
orang lain.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Rasa
malu adalah perasaan canggung seseorang bila berada didepan umum. Akan tetapi,
Rasa malu dapat dipandang dari berbagai perspektif. Seperti, dari perspektif
psikologi, sosiologis, filosofis, atau teologis. Oleh karena itu pengertian
rasa malu dibentuk oleh perspektif atau bidang (disipilin ilmu) yang digunakan.
Rasa
malu pada umumnya timbul karena konsep diri yang negative. Mereka selalu merasa
tidak sebanding bila dibandingkan dengan orang lain. Akibatnya adalah kurang
yakin akan kemampuan diri sendiri, terlalu perasa, kurang mendapat kepercayaan
atau penghargaan, dan takut salah. Rasa malu selain disebabkan dirir sendiri
juga disebabkan oleh perlakuan orang lain. Paul J. Centi mendaftar penyebab
timbulnya rasa malu antara lain: orang tua, saudara kandung, orang lain, dan
kebudayaan.
Dampak
rasa malu antara lain berupa tidak dapat mencapai kepenuhan dalam pergaulan,
mendekati orang lain terlalu berhati-hati, terlalu sadar diri, berbuat dengan
sengaja agar diterima dan disukai, selalu memandang unsur-unsur negative yang dikira
ada pada dirinya.
Untuk
mengatasi rasa malu ini, yang Anda butuhkan adalah belajar bersikap rileks
dalam pergaulan sosial. Dalam kebanyakan kasus, emosi yang memuncak dalam
bersosialisasi membuat orang menanggapi berbagai kejadian dengan rasa takut.
Untuk memulai mengurangi rasa malu, bagi Anda yang pemalu, ada beberapa hal di
bawah ini yang dapat mengatasi rasa malu: Hilangkan Perasaan
rendah diri, Mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, Mengenal Diri Sendiri,
Menerima Diri sendiri apa adanya.
Merupakan
suatu kebahagiaan tersendiri apabila dalam pergaulan seseorang mampu membawa
diri sehingga kehadirannya dapat diterima dimana saja dengan penuh suka cita.
Inilah yang disebut dengan pergaulan yang sukses. Syarat sukses dalam pergaulan
antara lain dipengaruhi oleh kemampuan berempati, mamiliki sikap menghargai,
mempunyai rasa humor, dan tidak suka mencari kambing hitam.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
·
A. M
Mangunhardjana, mengatasi hambatan-hambatan kepribadian, Kanisius, 1993.
·
Dianne
Doubtfire, Mengatasi perasaan malu, Binarupa aksara, Jakarta, 1993
·
Paul J. Centi,
mengapa rendah diri, kanisius, 1993.
Comments
Post a Comment