Fenomena Aa Gym: Poligami, Cerai, dan Rujuk

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yan Gymnastiar  atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung. Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Pesan-pesan dakwahnya berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman.  Aa Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya. Ketika para ulama “konvensional” berdakwah tentang keutamaan salat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan. Topik pembahasannya seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat menjadi “ustad keluarga bahagia.” Hal ini menjadi kontroversial ketika media mengumumkan Aa Gym berpoligami dan menikah lagi dengan Alfarini Eridani atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Rini" pada bulan Desember 2006, saat itu istri pertamanya adalah Hj Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Ninih", yang telah menjadi istrinya sejak tahun 1988 dan selama menikah dengannya telah dikaruniai tujuh anak. Banyak penggemarnya kecewa dan mengirim SMSberantai, menulis di blog dan Surat Pembaca, menelepon ke stasiun TV, berhenti berkunjung ke Daarut Tauhid, hingga ikut turun jalan dan berdemo menentang poligami . Hal ini berdampak pada kepopulerannya dan bisnisnya.
Sejak menikah lagi, beberapa kali dikabarkan Aa Gym dan Teh Ninih akan bercerai. Namun berkali-kali itu dibantah Aa Gym. Ia menyatakan itu dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun ternyata gosip itu bukan hanya isapan jempol semata. Pada 14 Maret 2011, Aa Gym melalui kuasa hukumnya resmi melayangkan gugatan cerai pada istri pertamanya yang telah memberikan tujuh anak. Melalui kuasa hukumnya Aa Gym secara tegas menyatakan keukeuh ingin bercerai. Sementara Teh Ninih, mengaku pasrah dengan keputusan Aa Gym. Dalam persidangan terungkap alasan Aa Gym ceraikan Teh Ninih, Aa Gym merasa prinsip dakwahnya dengan istrinya berbeda. Tak hanya itu keputusan Aa Gym poligami pun menjadi masalah di antara keduanya.
Setelah beberapa kali sidang yang hanya diwakili kuasa hukum keduanya, pada 21 Juni lalu, Pengadilan Agama Bandung mengabulkan permohonan jatuh talak 1 dari Aa Gym terhadap Teh Ninih. Namun rupanya, perpisahan mereka hanya dalam hitungan bulan. Saat ini, Aa Gym dan Teh Ninih kembali dikabarkan rujuk. Menurut sumber detikbandung, keduanya ijab qobul di lingkungan Daarut Tauhid.
Dari fenomena yang terjadi pada seorang tokoh agama terkenal yang memiliki gelar ust semua umat ini Aa Gym memberikan bermacam-macam opini di kalangan masyarakat kita saat ini. Dimulai dengan keputusan Aa Gym melakukan poligami, kemudian bercerai dengan istri pertamanya dan akhirnya rujuk kembali dengan istri pertamanya, dari semuanya memberikan opini yang berbeda. Sehingga kontraversi pun muncul dari pihak yang pro poligami dan pihak yang kontra terhadap poligami, pihak yang kontra poligami terus memberikan hujatan terhadap poligami sedangkan pihak pro poligami terus berusaha bertahan dengan memberikan dalil-dalil yang shahih sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Di bawah ini akan dibahas lebih dalam lagi tentang opini public sehubungan dengan fenomena Aa Gym: Poligami, Cerai, dan Rujuk.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Publik adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal.(Jefkin, 2006:80) atau diartikan sebagai unit sosial aktif yang terdiri dari semua pihak yang terlibat yang mengenali problem bersama yang akan mereka cari solusinya secara bersama-sama”(Dewey, 1927:15)
Opini Publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama yang berhubngan dengan arah opini, pengukuran intensitas, stabilitas, dukungan informasional dan dukungan sosial (Cutlip, 2007:239)
Menurut James Bryces dalam “Modern Democracy” opini public merupakan kumpulan pendapat dari sejumlah orang tentang masalah-masalah yang dapat mempengaruhi atau menarik minat atau perhatian masyarakat didalam suatu daerah tertentu.
Secara sederhana opini public merupakan kegiatan untuk mengungkapkan atau menyampaikan apa yang oleh masyarakat tertentu diyakini, dinilai dan diharapkan oleh seseorang untuk kepentingan mereka dari situasi tertentu (issue diharapkan dapat menguntungkan pribadi atau kelompok).
Harwood L. Childs dalam bukunya Public Opinion mengatakan bahwa “hubungan antara pemerintah dan opini publik itu adalah two way relationship”. Opini publik mempengaruhi pemerintah dan pemerintah mempengaruhi yang berlaku disegala tingkat mulai dari daerah hingga pusat. Selain two way relationship, hubungan ini juga reciprocal dan cyclical.
Antara komunikasi dan opini publik juga terdapat saling pengaruh mempengaruhi, artinya komunikasi itu dapat mempengaruhi opini publik dan sebaliknya, opini publik dapat mempengaruhi komunikasi. Berelson menyatakan bahwa efek opini publik terhadap komunikasi adalah:
Melalui penyesuaian isi komunikasi dengan opini audience yang dominan, sedangkan opini audience yang dominan mengenai suatu isu pada umumnya adalah opini publik. Efek opini publik terhadap komunikasi menurut Berelson adalah melalui kesesuaian ideologi.

Tipe publik
Empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992:139) dalam bukunya “Strategic Management, public and issues”
1.All issue publics – bersikap aktif dalam berbagai isu.
2.Apathetic publics-tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu
3.single issue publics- aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas
4.Hot issue publics- baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang dan isu menjadi topic sosial yang diperbincangkan secara luas.
SYARAT-SYARAT OPINI PUBLIK
Tumbuhnya opini publik yang baik, sehat dan tepat memerlukan beberapa syarat berikut ini:
  1. Harus ada kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat/perasaan serta kebebasan pers
  2. Minat rakyat terhadap soal-soal pemerintahan cukup besar
  3. Pendidikan politik yang cukup tinggi sudah dimiliki rakyat
  4. Kesediaan masyarakat mengutamakan kehendah atau kepentingan bersama
Sikap individu terhadap opini.
1.Orientasi
Orientasi individual mencakup persepsi terhadap isu atau objek dalam lingkungan dan persepsi orang lain yang signifikan terhadap isu atau objek yang sama sedang. Model orientasi menyangkut masalah penilaian terhadap objek berdasarkan pengalaman dengan sumber nilai : a). Kemenonjolan (salience) yaitu perasaan tentang suatu objek yang berasal dari pengalaman individu dari situasi sebelumnya. b) relevansi (pertinence) yaitu nilai relative dari sebuah objek berdasarkan perbandingan objek dengan objek berdasarkan atribut yang sama. C). sikap adalah predisposisi atau preferensi lintas situasional berkenaan dengan sebuah objek yang berhubngan dengan empat komponen : kerangka referensi evaluatif (nilai dan kepentingan), kognisi (pengetahuan dan keyakinan), apektif (perasaan) dan kecenderungan, niat prilaku (conation)
2.Koorientasi
Ketika dua atau lebih orientasi individu mengarah pada isu atau objek yang sama, maka individu itu berada dalam keadaan koorientasi. Model koorientasi mencakup tahapan Konstruk intrapersonal : a). Congruention ( sejauhmana pandangan anda sesaui dengan perkiraan anda tentang pandangan orang lain mengenai isu yang sama) b). kesepakatan (agreement) (sejauhmana dua orang atau lebih memberikan evaluasi yang sama terhadap sebuah isu yang menjadi perhatian bersama. c). Pemahaman (understanding) (mengukur kemiripan dalam definisi dari dua orang atau lebih)
Konsensus koorientasi
1.Konsensus monolitik
Merupakan tingkat kesepakatan actual yang tinggi yang secara akurat dikenali oleh mereka yang terlibat.
2. Konsensus semu
Ketidaksepakatan actual tetapi mayoritas meeka yang terlibat didalamnya beranggapan bahwa mereka semua sepakat
3. Konsensus penuh
Serangkaian pemahaman timbal balik yang terus menerus antar anggota dari kelompok yang membahas isu tersebut Alasan kenapa perlu adanya penetapan khalayak:
1.      Untuk mengidentifikasi segemen khalayak atau kelompok orang yang paling tepat untuk dijadikan sasaran suatu program PR.
2.       Untuk menciptakan skala prioritas, berkaitan dengan adanya keterbatasan anggaran dan sumber daya lainnya.
3.      Memilih media dan teknik PR yang sekiranya paling sesuai.
4.      untuk mempersiapkan pesan-pesan seemikian rupa agar efektif dan mudah diterima.
Opini publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata
2.      dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu diungkapkan
3.      masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan
4.      dapat dikombinasikan dengan kepentingan pribadi
5.      yang menjadi opini publik hanya pendapat dari mayoritas anggota masyarakat
6.      opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan
7.      partisipasi anggota masyarakat sebatas kepentingan mereka, terutama yang terancam.
8.       memungkinkan adanya kontra-opini.
 Dalam Fenomena Aa Gym: Poligami, Cerai, dan Rujuk ini dapat kita analisis dengan menggunakan teori-teori tentang opini public sebagai berikut:
Ø  The spiral of silence theory (Teori Spiral Keheningan).
The spiral of silence theory (E.Noelle-Neumann) : yang dibangun dengan empat unsur pokok ; media massa, komunikasi antar pribadi & jalinan interaksi sosial, statemen individu tentang suatu hal dan persepsi orang lain / kecenderungan pendapat  tentang suatu persoalan yang dilontarkan tersebut. Penerimaan atas opini publik sebagai akibat kuatnya kecenderungan orang-orang  sekitarnya.
Teori Spiral Keheningan ini dapat diuraikan sebagai berikut: individu memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum. Untuk meminimalkan kemungkinan terisolasi, individu-individu itu mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkung­annya, terutama dari media massa.
Media massa – dengan bias kekiri-kirian mereka – memberikan interpretasi yang salah pada individu-individu itu tentang perbedaan yang sebenarnya dalam opini publik pada berbagai isu. Media mendukung opini-opini kelompok kiri dan biasanya menggambarkan kelompok tersebut dalam posisi yang dominan.
Sebagai akibatnya, individu-individu itu mungkin mengira apa yang sesungguhnya posisi mayoritas sebagai opini suatu kelompok minoritas. Dengan berlalunya waktu, maka lebih banyak orang akan percaya pada opini yang tidak didukung oleh media massa itu, dan mereka tidak lagi mengekspresikan pandangan mereka secara umum karena takut akan terisolasi. Selama waktu tersebut, karena ‘mayoritas yang bisu’ tetap diam, ide minoritas mendominasi diskusi. Yang terjadi kemudian, apa yang pada mulanya menjadi opini minoritas, di kemudian hari dapat menjadi dominan.
Spiral keheningan mengajak kita kembali kepada teori media massa yang perkasa, yang mempengaruhi hampir setiap orang dengan cara yang sama (Noelle-Meumann, 1973)
Orang-orang yang tidak terpengaruh oleh spiral kebisuan ini ialah orang-orang yang dikenal sebagai avant garde dan hard core. Yang dimaksud dengan avant garde di sini ialah orang-orang yang merasa bahwa posisi mereka akan semakin kuat, sedangkan orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok hard core ialah mereka yang selalu menentang, apa pun konsekuensinya (Noelle-Neumann, 1984).
Noelle-Newman (1984) menyatakan bahwa kekuatan media massa diperoleh dari: (1) kehadirannya di mana-mana (ubiquity); (2) pengulangan pesan yang sama dalam suatu waktu (kumulasi); dan (3) konsensus (konsonan) tentang nilai-nilai kiri di antara mereka yang bekerja dalam media massa, yang kemudian direfleksikan dalam isi media massa.Bukti-bukti yang diungkapkan oleh Noelle-Newmann (1980, 1981) diperoleh dari Jerman Barat, meskipun ia menyatakan bahwa “konsonan” itu iuga berlaku bagi demokrasi parlementer Barat dan sistem media yang dikontrol pemerintah. Tidaklah jelas apakah ia juga akan memperluas teorinya agar mencakup negara-negara yang sedang berkembang. Namun untuk kasus di Indonesia, masa peralihan pemerintahan Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono memiliki sisi-sisi yang cukup relevan dengan asumsi teori ini.
Ada beberapa ketidaksepakatan tentang kelayakan teori dan metodologi karya Noelle-Newmann ini. Pengritik melihat bahwa formulasi teorinya tidak lengkap, dan konsep-konsep utamanya tidak dijelaskan dengan memadai. Di samping itu, spiral kebisuan, sebagai teori opini publik, dikelompokkan bersama perspektifnya yang lain tentang masyarakat dan media massa. Di pihak lain, spiral kebisuan ini memperlakukan opini publik sebagai suatu proses dan bukan sebagai sesuatu yang statis. Perspektif itu juga memperhatikan dinamika produksi media dengan pembentukan opini publik (Glynn dan McLeod, 1985; Katz, 1981; Salmon dan Kline, 1983). Dalam evaluasi masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu komunitas di Waukegan, Illinois, Taylor (1982) menemukan bahwa orang-orang yang merasa opininya mendapat dukungan mayoritas akan lebih berani mengungkapkan pendapatnya. Demikian juga dengan orang-orang yang merasa bahwa opininya akan mendapat dukungan di kemudian hari (misalnya kelompok avant garde). Dengan cara yang serupa, Glynn dan McLeod (1985) menemukan bahwa persepsi tentang apa yang dipercayai orang lain akan mempengaruhi ekspresi opini dan pemungutan suara. Mereka juga menemukan bahwa kelompok hard core di antara para pemilih lebih suka mendiskusikan kampanye politik daripada yang lain. Yang dimaksud dengan hard core di sini ialah orang-orang yang secara eksplisit menyukai seorang kandidat setelah melalui beberakali wawancara. Di samping itu, Glenn dan McLeod (1985) melaporkan juga bahwa responden­-responden mereka lebih suka melibatkan diri dalam diskusi-diskusi politik dalam suatu pertemuan, jika orang-orang lain yang hadir di situ pandangannya sejalan dengan pandangan mereka.
Ø  Agenda setting
Teori Agenda Setting dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut McCombs dan Shaw, “we judge as important what the media judge as important.” Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali.
Walter Lipmann pernah mengutarakan pernyataan bahwa media berperan sebagai mediator antara “the world outside and the pictures in our heads”. McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka, ada korelasi yang kuat dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa yang menjadi agenda publik.
Awalnya teori ini bermula dari penelitian mereka tentang pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun 1968. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara isi media dengan persepsi pemilih.
McCombs dan Shaw pertama-tama melihat agenda media. Agenda media dapat terlihat dari aspek apa saja yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan media terebut. Mereka melihat posisi pemberitaan dan panjangnya berita sebagai faktor yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat kabar, headline pada halaman depan, tiga kolom di berita halaman dalam, serta editorial, dilihat sebagai bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi fokus utama surat kabar tersebut. Dalam majalah, fokus utama terlihat dari bahasan utama majalah tersebut. Sementara dalam berita televisi dapat dilihat dari tayangan spot berita pertama hingga berita ketiga, dan biasanya disertai dengan sesi tanya jawab atau dialog setelah sesi pemberitaan.
Sedangkan dalam mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw melihat dari isu apa yang didapatkan dari kampanye tersebut. Temuannya adalah, ternyata ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau dianggap penting oleh publik atau pemilih tadi, dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan media massa.
McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi agenda-setting media massa bertanggung jawab terhadap hampir semua apa-apa yang dianggap penting oleh publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas oleh media menjadi prioritas juga bagi publik atau masyarakat.
Akan tetapi, kritik juga dapat dilontarkan kepada teori ini, bahwa korelasi belum tentu juga kausalitas. Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah sebagai cerminan terhadap apa-apa yang memang sudah dianggap penting oleh masyarakat. Meskipun demikian, kritikan ini dapat dipatahkan dengan asumsi bahwa pekerja media biasanya memang lebih dahulu mengetahui suatu isu dibandingkan dengan masyarakat umum.












BAB IV
ANALISIS
Perjalanan rumah tangga KH Abdullah Gymnastiar, Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid (DT) ini sepertinya sudah menjadi pembicaraan dikalangan masyarakat kita, Sehingga menciptakan opini public yang beraneka ragam. Aa Gym yang dahulu sempat digelari sebagai Ustadz Semua Umat dan dikabarkan mempunyai Ilmu laduni ini, pada awal mula kemunculannya di ruang publik, termasuk penceramah agama yang Topik pembahasannya seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat pula menjadi “ustad keluarga bahagia.” Hal ini menjadi kontroversial ketika media mengumumkan Aa Gym berpoligami dan menikah lagi dengan Alfarini Eridani atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Rini" pada bulan Desember 2006, saat itu istri pertamanya adalah Hj Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Ninih", yang telah menjadi istrinya sejak tahun 1988 dan selama menikah dengannya telah dikaruniai tujuh anak. Ketika poligami tersebut dilakukan oleh seorang tokoh agama terkenal, pembahasan tentang poligami semakin menimbulakan banyak sekali opini dikalangan masyarakat. Isu-isu tentang penyebab terjadinya perceraian antara Aa Gym dengan istri pertamanya The nini lah yang menimbulkan opini public sehubungan dengan fenomena ini.
Poligami memang diperbolehkan dalam ajaran agama Islam, dengan batasan maksimalnya poligami dengan 4 orang isteri. termasuk juga soal aturan berlaku adil dalam perkawinan poligami yang dijalaninya itu. Biasanya, soal berlaku adil inilah yang menjadi sumber dari pro dan kontra didalam perdebatan soal poligami ini, antara mereka yang menerima atau mungkin bahkan pro poligami dengan mereka yang kontra atau antipati terhadap aturan diperbolehkannya poligami ini.
Sikap masyarakat terhadap opini yang mengumumkan bahwa Aa Gym berpoligami dengan janda beranak tiga yang juga berprofesi sebagai mantan model, Alfarini Eridani, sebagai istri keduanya, ia menyatakan bahwa poligami ini ia lakukan sebagai jalan keluar darurat (emergency exit) Hal ini kemudian dijadikan bahan olok-olok karena istri keduanya yang cantik tidak tampak sebagai jalan keluar darurat. Sehari setelah jumpa pers diadakan, mulai terjadi boikot lewat SMS oleh publik yang berisi kutipan dakwah Aa Gym yang tidak menganjurkan poligami, saat sang pendakwah melakukan sebaliknya. Walaupun begitu para humas MQ berkata bahwa kejadian tersebut tidak memengaruhi permintaan menjadi pembicara maupun bisnis. Pernyataan Aa Gym terkait dengan hujan SMS kepada dirinya yaitu kekagetannya apabila ibu-ibu marah "ngomongnya jorok". Masih pada bulan yang sama pengajian Aa Gym mulai sepi pengunjung, masjid berlantai dua yang biasa penuh hanya terisi sebagian, bahkan lantai duanya hanya terisi sekitar 10 persen.
Sikap yang muncul ketika pemberitaan Aa Gym berpoligami akan menimbulkan pro dan kontra yang mana sikap tersebut muncul dapat dilihat dari orientasinya. Orientasi individual mencakup persepsi terhadap isu atau objek dalam lingkungan dan persepsi orang lain yang signifikan terhadap isu atau objek yang sama sedang. Model orientasi menyangkut masalah penilaian terhadap objek berdasarkan pengalaman dengan sumber nilai : a). Kemenonjolan (salience) yaitu perasaan tentang suatu objek yang berasal dari pengalaman individu dari situasi sebelumnya. b) relevansi (pertinence) yaitu nilai relative dari sebuah objek berdasarkan perbandingan objek dengan objek berdasarkan atribut yang sama. C). sikap adalah predisposisi atau preferensi lintas situasional berkenaan dengan sebuah objek yang berhubngan dengan empat komponen : kerangka referensi evaluatif (nilai dan kepentingan), kognisi (pengetahuan dan keyakinan), apektif (perasaan) dan kecenderungan, niat prilaku (conation).
Dari fenomena Aa Gym ini maka sikap yang muncul pada public dapat kita ketahui dari Koorientasinya bahwa Ketika dua atau lebih orientasi individu mengarah pada isu atau objek yang sama, maka individu itu berada dalam keadaan koorientasi. Model koorientasi mencakup tahapan Konstruk intrapersonal :a). Congruention ( sejauhmana pandangan anda sesaui dengan perkiraan anda tentang pandangan orang lain mengenai isu yang sama) b). kesepakatan (agreement) (sejauhmana dua orang atau lebih memberikan evaluasi yang sama terhadap sebuah isu yang menjadi perhatian bersama. c). Pemahaman (understanding) (mengukur kemiripan dalam definisi dari dua orang atau lebih)
Opini publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata. Sudah jelas opini public dalam fenomena ini berdasarkan fakta bahwa memang Aa Gym melakukan poligami, yang kemudian bercerai dengan Istri pertamanya dan akhirnya rujuk kembali.
2.      dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu diungkapkan, dari fenomena ini banyak sekali reaksi-reaksi yang terjadi akibat opini public tentang pemberitaan Aa Gym, yaitu berkurangnya jama’ah dan kebangkrutan usaha Aa Gym.
3.      masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan, secara tidak langsung permasalahn ini menuntut untuk disleseikan karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Aa Gym in harus disleseikan agar masyarakat tidak lagi menghujat Aa Gym dengan kata-kata yang kurang tepat.
4.      opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan, tanggapan-tanggapan yang muncul pada fenomena yang terjadi Aa Gym tidak lah sedikit dari yang pro, kontra, dan mengambil langkah bijaksana dalam menyikapinya.
5.      memungkinkan adanya kontra-opini. Sudah jelas bahwa fenomena Aa Gym menimbulkan kontra pada masyarakat terutama para kaum wanita yang merasa sebagai korban dari poligami.
Jika kita kaitkan fenomena Aa Gym ini dengan The spiral of silence theory (Teori Spiral Keheningan) Teori Spiral Keheningan ini dapat diuraikan sebagai berikut: individu memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum. Dari fenomena poligami yang dilakukan Aa Gym individu-individu itu mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkung­annya, terutama dari media massa, Untuk meminimalkan kemungkinan terisolasi
Media massa – dengan bias kekiri-kirian mereka – memberikan interpretasi yang salah pada individu-individu itu tentang perbedaan yang sebenarnya dalam opini publik pada berbagai isu. Media mendukung opini-opini kelompok kiri dan biasanya menggambarkan kelompok tersebut dalam posisi yang dominan. Dan dari fenomena ini yang lebih dominan yaitu pada posisi kontra terhadap apa yang dilakukan Aa Gym mulai dari poligami hingga perceraiannya dengan the nini yang menjadi Istri pertamanya. Dan public kembali memberikan interpretasi ketika Aa Gym memutuskan untuk rujuk dengan teh nini. Public memberikan Interpretasi bahwa sepertinya Aa Gym mampermainkan Istrinya. Walaupun sebenarnya Aa gym dah the Nini telah menjelaskan alasan mereka kembali rujuk, akan tetapi media tetap saja memiliki Interpretasi sendiri untuk membuat perbedaan agar pemberitaan tersebut dapat terus berlanjut.
Spiral keheningan mengajak kita kembali kepada teori media massa yang perkasa, yang mempengaruhi hampir setiap orang dengan cara yang sama (Noelle-Meumann, 1973)
Orang-orang yang tidak terpengaruh oleh spiral kebisuan ini ialah orang-orang yang dikenal sebagai avant garde dan hard core. Yang dimaksud dengan avant garde di sini ialah orang-orang yang merasa bahwa posisi mereka akan semakin kuat, sedangkan orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok hard core ialah mereka yang selalu menentang, apa pun konsekuensinya (Noelle-Neumann, 1984). Oleh karena itu dari fenomena Aa Gym ini, orang-orang avant garde adalah orang yang kontra terhadap segala yang dilakukan oleh Aa Gym , yaitu orang-orang tersebut adalah yang memiliki posisi dominan dalam hal ini dan merasa mereka akan semakin lebih kuat, sedangkan orang-orang yang pro dengan Aa Gym termasuk dalam kelompok hard core, yaitu orang-orang yang selalu menentang peryataan orang yang kontra terhadap Aa Gym dan mendukung terhadap polligami yang dilakukan Aa Gym dengan memberikan dalil-dalil Agama yang membolehkan.
Sedangkan pada teori agenda setting kita dapat melihat bahwa Masyarakat Indonesia yang plural dalam ragam budaya dan strata ekonomi berhasil digiring televisi atau pada satu titik sikap dalam menyikapi yang terjadi pada rumah tangga Aa Gym. Yaitu ketika Aa Gym memutuskan untuk melakukan poligami banyak dari jama’ahnya yang merasa kecewa Keputusannya tersebut menimbulkan pro dan kontra dari para jamaahnya. Pengajiannya yang selalu penuh sesak, sejak saat itu jauh berkurang. 'Kerajaan' bisnisnya yang ia bangun, satu per satu gulung tikar. Banyak pihak yang menyayangkan keputusannya, namun tak sedikit pula yang mendukungnya..Inilah kekuatan media massa, mampu memengaruhi perubahan kognitif pada pemirsa. Dasar pemikiran teori ini adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode tertentu. Akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media.
Framing yang dilakukan media membuat suatu berita terus menerus ditayangkan di media sehingga muncul agenda publik. Seperti yang dikatakan Robert N. Ertman, framing adalah proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Masyarakat akan menjadikan topik utama yang diangkat oleh media sebagai bahan perbincangan sehari-hari. Pengaruh dari teori agenda setting terhadap masyarakat dan budaya sangat besar. Pada kasus Aa Gym ini media banyak yang membuat framing bahwa poligami yang terjadi pada Aa Gym membuat usaha-usaha dan Citra baik Aa Gym selama ini menjadi hilang bahkan tidak sedikit dari masyarakat yang mengecam atas yang dilakukan oleh Aa Gym. Hujatan demi hujatan datang dari berbagai pihak menimbulkan opini public dan membuat pemberitaan tentang poligami Aa Gym menjadi bertahan lama muncul dalam pemberitaan di media-media.
Agenda setting sendiri baru menunjukan keampuhannya jika agenda media menjadi agenda publik. Lebih hebatnya lagi jika agenda publik menjadi agenda kebijakan. Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak berhasil banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Kita bisa memakai media apa saja untuk membangun opini, tapi jika tidak sejalan dengan selera publik, maka isu yang dibangun dengan instensitas sekuat apa pun belum tentu efektif. Akibat dari opini yang dibangun publik mengenai dua kasus di atas, pemerintah turun tangan dalam memberikan kebijakan terhadap kasus-kasus ini. Dan dari fenomena yang terjadi pada Aa Gym media adalah yang paling berperan dalam menciptakan opini pada public. Karena Aa Gym sendiri adalah seorang tokoh Agama yang banyak di kenal masyarakat luas, sehingga sesuatu yang dilakukan oleh Aa Gym yang menimbulkan kontraversi akan dengan segera pemberitaannya menjadi sorotan masyarakat luas dan kemudian memunculkan berbagai opini, baik pro maupun kontra atau ada juga yang menyikapinya dengan bijaksana, yaitu tidak pro maupun kontra. Dari beberapa opini yang muncul mereka memiliki alasan-alasan yang menurut mereka benar, walaupun pihak yang kontra lebih banyak dari pada pihak yang pro. Hal tersebut dapat dilihat dari jama’ah yang berkurang serta perusahaan bisnis yang dinaungi oleh Aa Gym mulai gulung tikar.










BAB IV
PENUTUP
Fenomena yang terjadi pada pernikahan Aa Gym adalah fenomena yang menimbulkan berbagai opini public. Keputusannya melakukan poligami, muncullah  masyarakat yang pro dan  masyarakat yang kontra terhadap yang dilakukan Aa Gym. Apalagi banyak sekali isu yang menyebutkan bahwa poligamilah penyebab terjadinya perceraian antara Aa Gym dan Istri pertamanya. Dan kemudian masyarakat pun mendapatkan berita bahwa Aa Gym kembali rujuk akan tetapi ditandai juga perceraiannya dengan istri kedua Hj Elfarini Edarini (Teh Rini).
Berpijak pada ajaran agama, tentu tidak menghendaki demikian. Sangat baik jika Aa Gym rujuk, apalagi anak-anaknya dengan Teh Ninih sangat banyak dan butuh perhatian utuh dari ayah ibunya. Tetapi alangkah baiknya jika kehidupan rumah tangga dengan Teh Rini tetap dipertahankan. Siapa tahu ke depan akan lebih baik dan dapat dijadikan referensi kehidupan poligami yang ideal.
Bahwa sempat terjadi gonjang-ganjing itu wajar. Setiap pesawat yang mau take off and landing, hampir selalu disertai goncangan. Setelah lama mengudara keadaan akan stabil, tenang, bahkan penumpang bisa tidur nyenyak.

Agar tidak lagi terjadi opini public yang berkelanjutan tentang hubungan Aa Gym dan keluarganya, sebaiknya Aa Gym segera mengambil sikap bijak atas apa yang sedang terjadi, yaitu dengan menklarifikasi semua isu-isu yang kurang tepat dan tidak lagi memunculkan isu-isu baru terkait hubungannya dengan keluarga. Dan seyogyanya Aa Gym dapat mempertahankan pernikahannya agar dapat menjadi contoh keluarga bahagia dan kembali menjadi public figure yang dapat di contoh oleh masyrakat luas. Karena yang menjadi objek opini public adalah permasalaan poligami yang kemudian melebar ke permasalahan perceraian dengan istri pertama dan rujuk kembali. Alangkah lebih baiknya jika Aa gym menjaga permasalahn poligami tidak melebar ke permasalahan lainnya seperti perceraian, ketidakadilan sebagai suami dan lain-lainnya. Agar masyarakat kembali memberikan kepercayaan kepada Aa gym sebagai pendakwah, dan kemudian kembali memberikan syi’ar-syi’ar agama yang dapat membantu Agama, dan Negara. Karena sebenarnya opini public ada disebabkan oleh fakta yang nyata sehingga secara tidak langsung membuat permasalahan tersendiri pada masyarakat yang kemudian dituntut pula untuk dapat menyelesaikannya.

Comments

Popular posts from this blog

Masalah Komunikasi dalam Lobi dan Strategi menghadapi orang yang sulit menciptakan kerjasama.

PR Dan Media Massa

REVIEW BUKU FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI SUATU PENGANTAR Dani Vardiansyah